SOKOGURU- Di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi, banyak pelaku usaha gulung tikar dan kehilangan sumber pendapatan utama.
Tapi di Blitar, ada kisah inspiratif dari seorang pemuda bernama Sada Maulana, pemilik Skalafarm, yang berhasil bangkit dari keterpurukan.
Berawal dari usaha optik yang nyaris bangkrut hingga utang menumpuk hingga Rp800 juta, ia menemukan harapan baru di dunia ternak entok jumbo.
Siapa sangka, satu ekor entok jumbo bisa dihargai hingga Rp12 juta, khususnya di market penghobi yang tengah naik daun.
Baca Juga:
Kisah perjuangan dan strategi bisnisnya diulas lengkap oleh kanal YouTube @PecahTelur, dan menjadi bukti bahwa di balik bau kandang bisa tersimpan harapan yang luar biasa.
Ternak Entok Jumbo ternyata bukan sekadar usaha sampingan. Di tangan Sada Maulana, entok berubah jadi peluang emas yang bisa mengubah hidup.
Usahanya dimulai saat dua cabang usaha optik miliknya terpaksa tutup karena pandemi. Dari sinilah ia mulai serius menekuni peternakan entok yang sebelumnya hanya hobi.
Dengan menjual motor pribadi dan menyisihkan dana terakhir dari optik, ia membeli sepasang entok jenis jumbo.
Alih-alih langsung dijual, Sada memilih memperbesar populasi entok lebih dulu selama dua tahun, hingga kini jumlah indukan mencapai 800 ekor.
Di saat banyak orang menjual cepat untuk putar modal, ia memilih menahan dan memperbanyak jumlah.
Strategi ini ternyata kunci keberhasilannya.
Ia tidak hanya menyasar pasar konsumsi, tapi juga pasar penghobi yang berani membeli entok kualitas kontes dengan harga tinggi.
Salah satu entok jantan bahkan pernah laku Rp12 juta. Ukuran entok kontes bisa mencapai panjang 1 meter dari paruh ke kaki, dan punya keserasian tubuh yang disebut “beauty”.
Salah satu strategi uniknya adalah memanfaatkan kerja sama lahan dengan warga sekitar. Ia membangun kandang di tanah milik warga dengan sistem bagi hasil, lalu membina plasma peternak agar berkembang bersama.
Dalam hal pakan, Sada memilih racikan sendiri dengan menambahkan sitrun (zat asam) untuk membantu pencernaan entok.
Ia juga mencampur nasi aking, katul, dan jagung, untuk menekan biaya tanpa mengorbankan kualitas nutrisi. Dengan metode ini, biaya pakan hanya sekitar Rp6.000/kg, jauh lebih murah dari pakan pabrikan.
Waktu panen pun diatur matang. Usia panen optimal entok jumbo adalah 2,5 hingga 3 bulan, ketika bobot ideal dan bulu cukup tumbuh.
Dalam satu lokasi dengan populasi 500 ekor, ia bisa panen setiap dua minggu. Ia juga menciptakan sistem “pagar mangkok”, yakni berbagi entok kurang layak panen kepada tetangga sebagai bentuk hubungan sosial dan strategi menjaga keharmonisan lingkungan kandang.
Tidak hanya fokus pada bisnis, Sada juga menekankan pentingnya ibadah dan kehidupan spiritual. Ia mengaku istiqomah menjalankan puasa Daud dan sholat tahajud, serta meyakini keberkahan rezeki datang dari niat baik dan perjuangan ikhlas membantu orang tua, istri, dan mertua.
Kini, selain ternak, optiknya kembali hidup dan utang Rp800 juta perlahan mulai tertutupi. Ia membuktikan bahwa kunci dari bisnis ternak entok jumbo bukan pada seberapa mahal harga jual, tapi seberapa cerdas mengelola cash flow, populasi, pakan, dan pasar.
Kisah Skalafarm membuktikan bahwa bisnis ternak entok jumbo tidak hanya menjanjikan keuntungan tinggi, tetapi juga dapat menjadi solusi dari krisis keuangan.
Dengan kombinasi strategi pemasaran, manajemen kandang, dan nilai-nilai spiritual, Sada Maulana menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah pada keadaan. Dari kandang kecil di Blitar, lahir harapan besar yang bisa menyelamatkan masa depan.(*)